Berikut ini merupakan postingan mengenai "JENIS-JENIS HAMA GUDANG" yang saya ambil dari berbagai sumber dan kemudian saya kumpulkan menjadi sebuah tugas kuliah. semoga dapat menjadi literatur yang bermanfaat. check it out!!!!
2.1 Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)
2.1.1 Ciri morfologi
Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)
memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang
lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)
berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago
dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada
elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat
agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur
hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam
simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari
telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material.
Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva
adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Borror, 2009).
2.1.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) yaitu
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili
Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies (Callosobruchus chinensis) (Pustekom,
2005).
2.1.3 Gejala serangan
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji
tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan
termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan
kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi,
kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19
%, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas
kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada komoditas beras (Indonesia,
2001).
2.1.4 Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan
musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam)
(Nayneienay, 2008).
2.2 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
2.2.1 Ciri morfologi
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki ciri morfologi terdiri dari
antena, caput, mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang
dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh
berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah
perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau
oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua
atau hitam ( Rentikol, 2007).
2.2.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu Kingdom Animalia,
Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Claridae, Genus
Necrobia, Spesies (Necrobia rufipes) ( Wagianto, 2008).
2.2.3 Gejala serangan
Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi
biji-biji kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak
sedap (Darmadi, 2008).
2.2.4 Pengendalian
Pengendalian Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) untuk penyimpanan
dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan
(sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan, sedangkan cara pengendalian untuk
tanaman yang sedang dalam proses pertumbuhan biasanya dilakukan dengan
menggunakan predator, prasit, pathogen sebagai musuh alami. Ada pula yang
menggunakan cara mekanis dengan mematikan menggunakan tangan atau alat,
menghalau dengan tirai (menggunakan tanaman sebagai tirai atau menggunakan
plastik) (Naynienay, 2008).
2.3 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
2.3.1 Ciri morfologi
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua
warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan
pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada
sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari
tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ±
4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna
putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak
membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur
sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah
dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur
yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur
yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng
telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat
hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan,
demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus
hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang
pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan,
kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
2.3.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom
Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili
Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae) (Anonim,
2008 ).
2.3.3 Gejala serangan
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil).
Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap
sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae)
bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung,
padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan
hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa
lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi
mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali
akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Naynienay, 2008).
2.3.4 Pengendalian
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus
calandrae (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan
sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari,
diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat
terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi
terhadap produk yang disimpan (Naynienay, 2008).
2.4 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
2.4.1 Ciri morfologi
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang
2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena,
larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam
satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua
berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian
depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang
dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay,
2008).
2.4.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom
Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili
Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus zeamays) (Udha,
2008).
2.4.3 Gejala serangan
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung
yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang
diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang
terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun
karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008).
2.4.4 Pengendalian
Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan
yang sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus
misalnya phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan
resiko yang sangat besar (Anonim, 2005).
2.5 Kumbang Tepung (Tribolium sp)
2.5.1 Ciri morfologi
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang
tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva
berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan
dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir
sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain
yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena
memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak
6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7
kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm.
Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan
material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material.
Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari (Wagianto, 2008).
2.5.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Tepung (Tribolium sp) yaitu Kingdom Animalia,
Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Tenebrionidae, Genus
Tribolium, Spesies (Tribolium sp.) (Rioardi, 2009).
2.5.3 Gejala serangan
Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama
yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada
komoditas beras ditemukan hama (Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan
juga hama bubuk ini. Hama (Tribolium) hanya memakan sisa komoditas yang
telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk
tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras,
tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di
rumah (Anonim, 2008).
2.5.4 Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan
untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan dengan melakukan
penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan
yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca
penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (
Wagianto, 2008).
4.2
Pembahasan
Pengamatan pertama yaitu pengukuran kehilangan berat bahan simpanan pada
biji kacang hijau (Vigna angularis), tiga hari sebelum pengamatan
kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis),
dilakukan penimbangan awal pada bahan simpanan biji kacang hijau (Vigna
angularis), yang mana berat awal semua bahan simpanan adalah sebanyak
100gr. Pada penimbangan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober
2009, berat pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat
100gr. Belum menunjukan adanya penurunan berat yang berarti persentase
penyusutan bahan adalah 0%. Pada penimbangan berat bahan simpanan yang kedua
yang dilakukan pada hari Kamis, 22 Oktober 2009, diperoleh hasil bahwa tidak
terjadi penyusutan berat bahan yaitu berat bahan masih sama dengan berat bahan
awal. Pada pengamatan ketiga yang dilakukan empat hari setelah pengamatan kedua
yaitu pada hari Senin, 26 Oktober 2009, dari hasil penimbangan tidak terjadi
penyusutun berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis)
yaitu beratnya masih sama dengan berat awal seberat 100gr. Pada penimbangan
terakhir yang dilakukan sebelum praktikum berikutnya yaitu pada hari Rabu, 28
Oktober 2009 juga diperoleh hasil yang sama yaitu berat bahan simpanan pada
biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr dan persentase
penyusutannya adalah 0%.
Hama Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) akan merusak
biji yang telah disimpan di dalam gudang penyimpanan. Intensitas serangan
akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun
beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomis (Wordpress,
2008).
Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada Kopra, dimana pada
pengamatan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak
mengalami penyusutan, berat bahan simpanan masih sama dengan berat awal yaitu
seberat 100gr. Berat bahan simpanan Kopra pada pengamatan kedua tidak mengalami
perubahan. Pengamatan tiga dan empat juga tidak mengalami penyusutan berat
yaitu persentase penyusutanya 0 %.
Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada beras (Oriza
sativa), pada penimbangan pertama pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak
mengalami penyusutan dan penurunan berat. Panimbangan kedua dilakukan dan di
peroleh hasil bahwa berat bahan simpanan dan persentase penyusutan tidak
mengalami perubahan, juga pada pengamatan ketiga dan keempat.
Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays)
tidak mengalami penurunan berat pada pengamatan pertama. Pada penimbangan kedua
berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays) belum juga mengalami
penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan keempat.
Senin, 19 Oktober 2009 dilakukan penimbangan berat bahan simpanan pada
tepung dan diperoleh hasil yang sama dengan berat bahan simpanan yang terjadi
pada bahan simpanan lainnya. Pada tanggal 22 Oktober dilakukan lagi penimbangan
dan hasilnya pun tidak mengalami penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga
dan keempat.
Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan dari awal pengamatan sampai
akhir pengamatan tidak mengalami penyusutan, hal ini diakibatkan beberapa hal
antara lain hama gudang yang di simpan dalam stoples kemungkinan seluruhnya
hama betina atau sebaliknya. Dapat juga terjadi diakibatkan saat penimbangan
semua hama gudang yang berada dalam stoples terbang dan tidak ada yang tersisa.
Dan tempat penyimpanan hama gudang ruangannya steril sehingga menekan perkembang
biakan hama gudang yang mengakibatkan hama gudang tersebut mati.
Pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis),
tampak terlihat caput, antenna, toraks, tungkai depan, tungkai tengah
dantungkai tungkai belakang. Caput kumbang kacang hijau (Callosobruchus
chinensis) tampak bulat seperti caput semut hitam. Ukuran tubuh kumbang
kacang hijau sangat kecil, berbeda dengan ukuran tubuh hama gudang lainnya.
Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus
chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan
hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus
chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna
kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala
agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus,
elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago
betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk
kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari (Hartati, 2009).
Kumbang Kacang hijau (Callosobruchus
chinensis) menyerang pada butir-butir kacang hijau yang gejala serangannya
tampak terlihat bekas-bekas lubang. Lubang uang ditimbulkan dalam satu butir
biasanya lebih dari satu lubang. Buti-butir yang terserang biasanya jika
tersimpan lama maka akan retak.
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji
tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan
termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan
kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi,
kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19
%, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas
kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada komoditas beras ( Wagianto,
2008).
Pengamatan morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) terlihat bahwa
kumbang kopra (Necrobia rufipes) terdiri atas caput, antena, alat mulut,
toraks dan abdomen. Pada torak terdapat tiga pasang tungkai, yaitu tungkai
depan, tungkai tengah dan tungkai belakang. Ukuran tubuh kumbang kopra (Necrobia
rufipes) lebih besar dari ukuran tubuh hama gudang lainnya.
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki cirri morfologi terdiri
dari antena, caput, mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai
belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm.
Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian
permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan
terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung
berwarna coklat tua atau hitam ( Wagianto, 2008).
Gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes) tampak terlihat
lubang-lubang pada kopra. Lubang yang ditimbulkan biasanya lebih dari satu dan
kopra yang diserang baunya jadi busuk.
Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji
kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap
(Hama sains, 2008).
Pengamatan morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), struktur
morfologinya terdiri atas caput, toraks, dan abdomen. Pada caput terdapat
sepasang antena, alat mulut dan juga terdapat mata mejemuk. Bagian toraks
terlihat tiga pasang tungkai yaitu tungkai belakang, tangah dan tungkai depan.
Warna tubuh Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) berwarnah merah agak
kecoklatan. Pada bagian sayap terdapat empat bercak-bercak berwarna kuning agak
kemerahan yang mana dua bercak pada sayap kiri dan dua bercak pada sayap kanan.
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua
warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan
pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada
sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari
tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ±
4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. Larva kumbang tidak berkaki, berwarna
putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak
membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur
sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah
dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur
yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur
yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng
telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat
hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan,
demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus
hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang
pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan,
kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
Gejala serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) terlihat bahwa
butir-butir beras yang diserang terdapat lubang lubang-lubang kecil. Beras yang
terserang mudah hancur, yang mengakibatkan kualitas beras menjadi buruk.
(Sitophilus oryzae) dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil).
Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap
sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae)
bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung,
padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan
hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa
lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi
mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali
akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2009).
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) hampir sama dengan
morfologi hama gudang lainnya. Alat mulut Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz)
lebih panjang dari alat mulut hama gudang lainnya. Bagian morfologi yang tampak
secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen. Kumbang Jagung (Sitophilus
zeamayz) berwarna coklat kehitam-hitaman.
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang
2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena,
larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam
satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua
berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian
depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang
dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay,
2008).
Gejala serangan yang timbulkan yaitu butir-butir jagung terdapat lubang,
sama gejala serangan hama gudang lainnya, lubang yang ditimbulkan akibat gejala
serangan lebih dari satu lubang dan ukuran lubangnya lebih besar.
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung
yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang
diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang
menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena
bercampur dengan air liur hama (Yudhi, 2008).
Pengamatan morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp) terlihat bahwa
Kumbang Tepung (Tribolium sp) mempunyai caput, toraks, dan juga abdomen.
Pada caput terdapat sepasang antena, mata majemuk dan juga alat mulut. Pada
bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, dan pada bagian abdomen terdapat
sepasang sayap. Warna tubuh Kumbang Tepung (Tribolium sp) berwarna
coklat kemerahan.
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang
tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva
berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan
dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir
sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain
yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena
memiliki 3 pasang kaki thorakal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak
6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7
kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm. Menjelang terbentuknya pupa,
larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago
akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari (
Wagianto, 2008).
Gejala serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp) mengakibatkan bahan
penyimpanan tepung menjadi kotor.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang ini yaitu bahan yang telah
diserang warnanya menjadi kotor, banyak kumbang yang merayap dipermukaan tempat
penyimpanan, dan terdapat kotoran serangga (Anonim, 2008).
Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari,
diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat
terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi
terhadap produk yang disimpan (Naynienay, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Hama gudang adalah organisme yang mengganggu atau merusak bahan simpanan
pertanian pasca panen.
2. Morfologi hama gudang terdiri
dari Caput, Antena, Alat Mulut, Mata Majemuk, Toraks, Tungkai Depan, Tungkai
Tengah, Tungkai Belakang, Abdomen dan Sayap.
3. Pengendalian hama gudang untuk
penyimpanan dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi), atau dengan
membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan.
Maksihh pak materi nya
BalasHapusMakasih pak atas materinya
BalasHapusTerima kasih pak materi nya
BalasHapus