BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah
satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor
pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan
karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa
sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai
Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit
dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan
penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan
dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.
(Sastrosayono 2003).
Tanaman
kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan
dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan
kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai
sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini
sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun
1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah
meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di
tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap
bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara.
Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi
salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat
Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus
mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan
peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha
pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini
merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk
mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang
tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah
pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian
yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi
penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar,
orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan
devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh
teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu
kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman.
Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama
dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.
B . Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara budidaya
tanaman kelapa sawit dan teknik pengendalian hama dan penyakit pada tanaman
kelapa sawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder,
tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan
akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar
kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar
kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1
meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman
kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.
Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling)
terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia
(ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di
dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat
kukuh (Sunarko, 2008). Pertumbuhan
awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh keluar masih
melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke
atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal
berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman
kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga
jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan
bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang
(cross pollination). Artinya bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon
yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko,
2008). Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit,
pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun.
Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan
semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat
tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).
Kelapa
sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara
120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki
antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun.
Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum
berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar
0-500 meter (Setyamidjaja, 2006). Di daerah-daerah yang musim
kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat
terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu
berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan
metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi
menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum
bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C
diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2005). Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di
wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik
seperti persyaratan faktor iklim.
Hal
yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan
air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan
jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Tanah yang
sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena
akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat
kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu,
sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah
yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar,
sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN
2.1
Syarat Tumbuh
Sebagai
tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan
yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara
maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara
lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan
teknologi.
a) Iklim
·
Curah
hujan dan kelembaban
Tanaman
kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas,
dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun
merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa
sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut.
Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan
kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah
- Penyinaran matahari
Lama
penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat
iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan
yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari.
- Suhu
Suhu
merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu
rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C,
yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi.
Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin
dapat membuat tandan bunga mengalami merata sepanjang tahun.
b) Tanah
Pertumbuhan
dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter lingkungan
fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik
untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning,
hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis.
Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit
ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
- Sifat fisik tanah
Pertumbuhan
kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum dalam
dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang,
dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah.
Tanah
yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara
yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah
tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang
tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang
relatif sulit.
- Sifat kimia tanah
Tanaman
kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya antara
5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang
surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan
yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum
terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.
2.2 Teknik budidaya tanaman kelapa sawit
2.3 Persiapan Lahan
Pembukaan lahan
merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit yang sudah
ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai
dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut.
Supaya areal
tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari
vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa
sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat
pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003).
2.4 Pembibitan
Bibit merupakan
produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat
berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya.
Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya
tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan
dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik
adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta
berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan
penanaman (transplanting).
Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di
atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol
selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan
pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.
2.4.1 Pemilihan
Lokasi
Penentuan
lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:
- Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit
- Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun
- Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang memenuhi syarat.
- Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan.
- Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air.
- Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.
- Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan.
- Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.
2.4.2 Luas
Pembibitan
Kebutuhan areal
pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang direncanakan. Luas
areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam
yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan
pemakaian jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan
pengawasan sepanjang 200 m dengan lebar 5 m.
2.4.3 Sistem
Pembibitan
Pembibitan
kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan
pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim
ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single
stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke
pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan pada sistem
pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre
Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan
selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (Main Nursery) dengan
polybag berukuran lebih besar.
Sistem
pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena
memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
- Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
- Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.
- Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama.
2.4.4 Media
Tanam
Media tanam
yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah
bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan
harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan
penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan
kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1
(kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran
tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan
bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material
lainnya.
2.4.5 Kantong
Plastik (Polybag)
Ukuran polybag
tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan awal (Pre-Nursery),
polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm,
lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm
sebanyak 12-20 buah.
Pada tahap
pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam dengan
ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag
dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah
polybag.
2.4.6 Pembibitan Awal ( Pre-Nursery
)
Benih
yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada
bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran
polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ).
Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap
polybag diberi lubang untuk drainase.
Kecambah
ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit
dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5
helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama
(main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab
tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga
kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.
Penyiraman
dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh
kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena
siraman.
2.4.7
Pembibitan Utama ( Main-Nursery )
Untuk penanaman
bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40
cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi
lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas
yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya
bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006).
Bibit dederan
ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag
besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada
polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan
dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100
cm x 100 cm x 100 cm (Setyamidjaja, 2006).
2.4.8
Pemeliharaan (pada pembibitan)
Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau
nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur,
sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat
tanam yang tepat.
Pemeliharaan bibit meliputi :
v Penyiraman
v Penyiangan
v Pengawasan dan seleksi
v Pemupukan
a.
Penyiraman
Ø
Penyiraman bibit
dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm pada
hari yang bersangkutan.
Ø
Air untuk
menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus
agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
Ø Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan
umur bibit.
b.
Penyiangan
Ø
Gulma yang
tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored
atau dengan herbisida
Ø
Penyiangan gulma
harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan
gulma.
c.
Pengawasan dan seleksi
Ø Pengawasan bibit ditujukan
terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit
Ø Bibit yang tumbuh kerdil,
abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang.
Ø Pembuangan bibit (thinning
out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit
berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan.
Menurut (Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan
utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di
pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke
lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan.
Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
a) bibit tumbuh meninggi dan kaku
b) bibit terkulai
c) anak daun tidak membelah sempurna
d) terkena penyakit
e) anak daun tidak sempurna.
b) bibit terkulai
c) anak daun tidak membelah sempurna
d) terkena penyakit
e) anak daun tidak sempurna.
d. Pemupukan
Ø Pemupukan bibit sangat penting untuk
memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur.
Ø Pupuk yang diberikan adalah Urea
dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.
2.4.9 Panen
Mulai
berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang
panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang
beratnya 10 kg atau lebih.
2.5 Hama
dan Penyakit
2.5.1.
Hama
a.
Hama Tungau
Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah
daun. Gejala terlihat pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara Semprot Pestisida atau Natural BVR.
b.
Ulat Setora
Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang
adalah daun. Gejala yang terlihat pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya
saja. Pengendalian dengan cara penyemprotan dengan Pestisida
2.5.2. Penyakit
a.
Root Blast
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp). Bagian diserang akar.
Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa
layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan
persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit
berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006).
b.
Garis Kuning
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang
daun. Gejala terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna
coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit
pada bibit dan tanaman muda.
c.
Dry Basal Rot
Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang
batang. Gejala terdapat pada pelepah
mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian
dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai
kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis
yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang
Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun
dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang
optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah
setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika
tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5
pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah
sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10
kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau
lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih
10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20
butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah
segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman
berumur 3 atau 4 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit.
Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.
Sunarko,
2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan
Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja
dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta
Pahan, I.
2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410
hal.
Perangin-angin,
S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.) Kawan
Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas
Plantation,
Kalimantan Tengah.
Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada
Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.)
PT.
trimakasih sangat bermanfaat, namun besok dilengkapi dengan gambar ya kakak biar lebih jelas dan menarik.heheheh. tapi good joob
BalasHapuskuliah dmn ya...
BalasHapusterima kasih
BalasHapusterima kasih
BalasHapusini meniru makalah lain
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium
Raih Kemenangan Besar Anda Disitus MARIO QQ, Hanya Dengan Modal Rp.10.000 Anda Bisa Menangkan Jackpot Jutaan Rupiah Setiap Harinya !!!
BalasHapus✅ BONUS TURN OVER 0.3%
✅ BONUS REFFERAL 15%
✅ WIN RATE GAME 96,9%
✅ 100% PLAYER Vs PLAYER ( NO ROBOT & ADMIN )
✅ Minimal Deposit Bank : Rp.10.000 (BCA MANDIRI BNI BRI DANAMON)
✅ Minimal Deposit Pulsa : Rp.10.000
✅ Support E-Cash : GOPAY , DANA , OVO , LINK
Berapapun Kemenangan Bosku Pasti Akan Kami Bayar dan Kita Proses Dengan Cepat !!!
Hanya Disitus MARIO QQ Yang Memberikan JACKPOT dan BONUS TURN OVER Yang FANTASTIS Loh !!! Ayo Tunggu Apalagi Buruan Daftarkan dan Mainkan
Langsung Disitus Resmi MARIO QQ Dibawah Ini melalui :
WHATSAPP +62 821-4331-1663
Link Alternatif :
- www.qmario. com
- www.qmario. net