Sabtu, 05 April 2014

LAPORAN DDPT "NEMATODA"

      Hama dan penyakit tanaman merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teknik budidaya tanaman karena dalam proses budiaya tanaman pasti terdapat "HAMA DAN PENYAKIT" yang menyerang tanaman budidaya. dalam postingan kali ini saya akan membahas tentang salah satu janis hama yaitu "NEMATODA" yang merupakan patogen dan saya buat dalam laporan mata kuliah DDPT. langsung saja! check it out!!!!



Laporan DDPT Nematoda 
FACHRUL ISLAMI E 281 11 007 281 11 00
AGROTEKNOLOGI

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam melangsungkan kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya, agar dapat bertahan hidup. Makanan diproduksi dari hasil pertanian, untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu di lakukan beberapa kegiatan dalam usaha pertanian agar mencapai hasil maksimal. Diantara beberapa kegiatan tersebut adalah menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit yang akan mengakibatkan nilai ekonomis suatu tanaman tersebut menurun.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan nematoda dan penyakit (Anaf, 2010).
Nematoda puru akar memiliki banyak tanaman inang dan menyerang sebagian besar tanaman yang dibudidayakan, hampir semua tanaman sayuran dan lebih dari 1700 spesies tanaman lainnya. Meloidogyne spp. merupakan salah satu patogen sbawah tanah yang menjadi kendala dalam pengembangan sayuran tingkat tinggi di daerah tropis dan inang utamanaya adalah wortel, mentimun, labu, kentang, kubis, terong, bayam dan tomat (Anonim, 2010).

Akibat kemampuannya dalam mneginfeksi relatif lebih besar dan kisaran tanaman inang yang luas maka Meloidogyne spp. merupakan genus penting dari nematoda parasit tanaman. Tanaman yang terserang menjadi kurus, kerdil, hasil rendah dan kualitas berkurang (Anaf, 2010)
Nematoda termasuk dalam kelas fylum Nemathelmithes. Tidak semua anggota Nemathelmites berperan sebagai atau bersifat parasitic, namun ada yang bersifat spropag yang tidak merugikan tanaman. Nematoda merupakan salah satu kelas anggotanya berperan sebagai hama. Nematoda pada umumnya berbentuk silindris memanjang, hanya pada beberapa gebus, terutama pada nematode betina tubuhnya seperti kantung, buah avokat atau ginjal. Ukuran umum Nematoda panjang 0,4-0,5 mm dan lebar 0,01-0,05 mm (Anonim, 2010).
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum tentang Pengenalan Nematoda adalah untuk mengetahui cirri morfologi, gejala serangan, tehknik ekstrasi dan tehknik pengendalian nematoda pada tanaman.
Kegunaan daari praktikum tentang pengenalan nematode adalah agar praktikan setelah melakukan praktikum dapat membedakan tanaman yang terkena nematoda dan penyakit tanaman.





II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Sistematika Meloidogine spp
Sistematika Nematoda Puru Akar (Meloidogine spp), adalah sebagai berikut Kingdom : Animalia, Filum : Aschelmintes, Klass : Nematoda, Sub Klass : Secermentea, Ordo : Tylencida, Famili : Heteroderidae, Sub Famili : Heteroderidaenae, Genus : Meloidogyne (Anaf, 2010).
2.2  Siklus Hidup Nematoda Meloidogine spp
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu larva I sampai larva IV dan nematode dewasa. Semua spesies nematoda puru akar memiliki siklus hidup yang sama. Lama siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan akan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300- 800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang ke10mudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kali            (Anaf, 2009).
2.3  Morfologi dan Cara Menginfeksi Tanaman
Pada Ordo Thylenchidae kerangka kepala tidak ada atau kurang berkembang, stilet kecil. Baik jantan maupun betina aktif, berupa nematoda berbentuk memanjang. Ovarium tunggal, vulva terletak di antara pertengahan panjang tubuh dan anus. Ekor nematoda betina meruncing. Nematoda jantan mempunyai sayap ekor tetapi tidak mencapai ujung ekor. Kelenjar esofagus berada di dalam basal bulbus sebagian kecil tumpang tindih dengan usus. Stilet berbentuk ramping, lancip, biasanya pada pangkal stilet terdapat knob yang terdiri dari tiga bagian sebagai tempat melekatnya otot-otot. Farink dibagi menjadi empat bagian yang berturut-turut dari depan adalah prokorpus, metakorpus (berupa lembaran berbentuk seperti bulan sabit,sebagai tempat melekatnya otot-otot radial), istimulus (ramping memanjang yang dilingkari oleh sebuah cincin syaraf), dan bagian bawah adalah basal bulbus atau lobus. Kutikula kelompok nematoda ini memiliki anulasi jelas (Anaf, 2010).
Nematoda meletakkan telur di dalam tanah atau di dalam tumbuhan inangnya. Larva yang sudah terbentuk di dalam telur menetas ke luar. Jika terdapat tumbuhan inang, larva segera memarasitnya dan berkembang di dalamnya melalui empat stadium larva. Setelah pergantian kulit yang terakhir, perbedaan morfologi nematoda jantan dan betina akan tampak dengan jelas dan telah mampu melakukan proses reproduksi. Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang di dalam kutikula dan muncul keluar dari jaringan akar. Sedangkan nematoda betina dewasa tetap tertambat pada darah tempat makanannya di dalam stele dengan bagian poterior tubuhnya berada pada permukaan akar. Nematoda betina tersebut terus menerus menghasilkan telur selama hidupnya, kadang-kadang mencapai jumlah lebih dari 1000 telur. Khusus untuk nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) memerlukan waktu 18-21 hari untuk satu daur hidup (Totonunsri, 2008).
2.4  Tehnik Ekstrasi Nematoda Meloidogine spp.
Ekstraksi dengan pengkabutan : Lemari kaca untuk pengkabutan berisi corong-corong tempat meletakkan jaringan tanaman (yang dipotong sepanjang 10 mm jika cocok) dalam sebuah keranjang yang berlubang-lubang dan diairi dengan cara pengkabutan selama kira-kira 10 detik setiap 10 menit. Airnya ditampung di dalam tabung yang akan terisi air hingga meluap, tetapi laju aliran air cukup lambat, sehingga nematodanya mengendap di dasar tabung dan dikumpulkan setelah 2-4 hari. Volume air di dalam tabung dikurangi dengan menggunakan aspirator secara hati-hati. Pengkabutan menjaga agar air mengandung cukup banyak oksigen dan menghilangkan racun yang dihasilkan oleh jaringan tanaman yang membusuk, sehingga nematoda tetap dalam keadaan baik. Corong Baermann dapat digunakan, tetapi memiliki lebih banyak keterbatasan untuk material tanaman daripada untuk tanah.  Teknik ekstraksi Corong Baermann : Contoh tanah diletakkan di atas kertas tisu atau kain tenun halus pada saringan yang menopangnya dalam corong yang di lehernya dipasang tabung plastik dan penjepit. Kemudian alat ini diisi air untuk menjenuhkan tanah. Walaupun hanya sedikit volume tanah yang dapat diproses, tetapi metode ini mempunyai keuntungan,
yaitu nematoda akan terakumulasi di dalam tabung di atas penjepit dan siap diambil secara langsung dengan melepaskan sedikit air (5–10 ml) ke dalam botol kecil.
Ekstraksi Penampan Whitehead : contoh tanah disebarkan pada kertas tisu atau kain tenun halus pada saringan kasar yang ditaruh di atas bagian dasar penampan yang diberi air sampai tanah jenuh. Setelah dibiarkan 1-4 hari, nematoda yang aktif akan bergerak ke bawah dan melalui tisu masuk ke dalam air. Volume tanah yang digunakan bergantung kepada ukuran penampan. Penampan yang besar (450 mm x 300 mm) dapat digunakan untuk menyebarkan 200 g tanah dalam lapisan yang tipis. Lapisan tanah yang tipis meningkatkan efisiensi ekstraksi dan mengurangi waktu ekstraksi. Sebelum mengumpulkan nematoda, saringan yang menyangga dipisahkan dengan hati-hati untuk mengurangi kontaminasi air dengan tanah. Selanjutnya, air dipindahkan ke dalam wadah yang sesuai, sehingga nematoda akan tenggelam selama beberapa jam. Air sebaiknya dibuang dan hanya disisakan 5-20 ml, secara sangat hati-hati jangan sampai nematoda terbuang. Cara lain, nematoda dapat diperoleh dengan melewatkan air melalaui saringan yang halus. Nematoda dapat hilang melalui saringan, tetapi kehilangan ini dapat diatasi dengan menangkap dan menyaring kembali filtrat beberapa kali.
        Ekstraksi kista, tanah kering angin disuspensikan dengan air mengalir dalam gelas piala berukuran 41 dan diusahakan agar tidak sampai meluap. Tanah dibiarkan tenggelam selama 10 detik, dan air dilewatkan melalui saringan kasar berukuran 710 mikrometer di atas saringan 250 mikrometer. Tanah dicuci dan disaring dua kali lagi. Kemudian, material organik pada saringan halus diendapkan pada kertas saring di dalam corong Buchner dalam keadaan hampa udara, Jika digunakan corong tirus dan material organik disuspensikan dalam etanol 70%, kista akan diendapkan dalam suatu pita ke arah atas kertas.
 Ekstraksi dari jaringan tumbuhan antara lain : Pencelupan di Dalam Air, dimana jaringan tumbuhan harus dibersihkan dari tanah dan potong-potonglah menjadi bagian-bagian kecil (dengan panjang 5-10 cm). Tambahkan air, cukup untuk menutup bagian tumbuhan yang berada di dalam tempat tersebut. Tutuplah tempat tersebut dan inkubasikan pada suhu kamar. Maserasi Mekanik, dimana potongan-potongan jaringan tumbuhan sepanjang 2-3 cm dimaserasi di dalam air dengan menggunakan pencincang listrik selama 15-30 detik akan menghasilkan campuaran nematoda hidup dan baigian-bagian jaringan tumbuhan. Enzim Maserasi, enzim yang dapat memaserasi jaringan tumbuhan, antara lain : pektinase, selulosa dan hemiselulosa yang secara komersial dapat diperoleh. Pengabutan Terputus, bahan tumbuhan ditempatkan di atas kaca plastik kasar yang ditempatkan di atas corong yang dapat mengalirkan air ke dalam tabung reaksi besar atau penampung air yang lain.    (Shivas dkk, 2006).
2.5  Pengendalian  Nematoda Meloydogine spp.
Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva tau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda (Dropkin, 2006).
Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Anaf, 2010).

 

 

 

 



III. METODE PRAKTEK
3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas pertanian, Universitas Tadulako. Pada hari Rabu, tanggal 21 Desember 2011 pada pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda adalah talang, keranjang, kain kasa, cutter, mikroskop, Handsprayer, cawan petri, corong, saringan, buku gambar, pensil, penghapus, penggaris, pena.
       Bahan yang di butuhkan pada Praktikum Dasar–dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda adalah tanaman seledri (Aphium gravolensi L.) dan tanaman tomat (Solanum licoperdicum) yang terserang nematode Meloydogine spp. dan tanah disekitar perakarannya, tissue dan aquades.




3.3  Cara kerja
Menyiapkan alat dan bahan, menyusun talang dan keranjang kemudian menutup bagian atasnya dengan kain kasa dan tissue, mencuci akar hingga bersih selanjutnya memotong-motong bagian akar yang terserang nematoda dengan menggunakan cutter dengan panjang 1 cm, lalu menuangkan aquades ke dalam talang secukupnya. Setelah itu, menginkubasi akar atau tanaman tersebut selama satu kali 24 jam. Setelah inkubasi selanjutnya meniriskan akar dan tanah tersebut dengan menggunakan saringan, selanjutnya dengan heand sprayer sisa saringan dituangkan pada cawan petri, kemudian mengamatinya pada mikroskop dengan perbesaran 10x, lalu menggambarkannya pada buku gambar dengan menggunakan pensil, mistar dan penghapus serta memberikan keterangan dari masing-masing spesimen yang di bawa.
Pengamatan tanah yang terserang nematoda, yaitu menyusun talang dan keranjang kemudian menutup bagian atasnya dengan kain kasa dan tissue, kemudian mengambil tanah dari tanaman yang terserang nematoda, lalu menuangkan aquades ke dalam talang secukupnya. Setelah itu, menginkubasi akar atau tanaman tersebut selama satu kali 24 jam. Setelah inkubasi selanjutnya meniriskan akar dan tanah tersebut dengan menggunakan saringan, selanjutnya dengan heand sprayer sisa saringan dituangkan pada cawan petri, kemudian mengamatinya pada mikroskop dengan perbesaran 10x, lalu menggambarkannya pada buku gambar dengan menggunakan pensil, mistsr dan penghapus serta memberikan keterangan dari hasil yang diperoleh.

4.2  Pembahasan
4.2.1 Nematoda Meloidogyne spp yang terdapat pada tanaman tomat                          (Lycoppersicum esculentum) serta tanah di sekitarnya
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh pada tanaman Tomat (Lycoppersicum esculentum) yang di duga terserang Nematoda, maka di peroleh hasil daun layu, mengering, dan mengulung, batang menjadi lunak, dan akarnya berbintil-bintil membengkak memanjang, atau membulat    pada akar.
Nematoda puru akar merupakan parasit yang umumnya pada berbagai tanaman pertanian yang tumbuh liar di daerah tropik dan beriklim sedang. Lebih dari 2000 jenis tumbuhan menjadi inang Nematoda puru akar. Tomat yang telah terserang penyakit ini akan mengalami kesulitan mengambil air dari tanah karena akar tanaman tidak adapat menyerap air yang mengandung unsur hara secara sempurna akibatnya, terjadi klorosis warna daun tidak normal, pertumbuahan terhambat, layu, buah kecil, dan cepat menjadi tua (Ahmad, R,Z. 2005).
Akar tanaman yang terserang Nematoda akan menjadi membengkak, atau memanjang dengan besar bervariasi, inin di sebabkan karena, adanya Nematoda betina, telur, dan larva. Betina yang dewasa akan menimbulkan pembengkakan pada akar tanaman, sedangkan Nematoda jantan akan menimbulkan bisul-bisul yang berbau busuk pada akar, ini di sebabkan karena adanya air ludah atau kotoran atau Nematoda yang bisa menyebabkan Hipertropi (Sastrahidayat, 2007).
Dari hasil pengamtan yang dilakukkan yaiitu nematoda memilki ciri morfologi yang saa baik jantan maupun betina. Nematoda betina yang dewasa kelihatan sedikit membengkak, sedangakan yang jantan berbentuk seperti cacing kecil                 (Tidak membengkak).
4.2.2 Nematoda Meloidogyne spp yang terdapat pada tanaman Seledri                 ( Aphium graveolensi) serta tanah di sekitarnya
Beradasarkan hasil pengamatan yang di peroleh pada tanaman Seledri        (Aphium graveolens L.) yang terserang Nematoda, maka di peroleh hasil daun menjadi layu dan menguning, serta akar berbintil-bintil. Pengendalian nematoda secara umum dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati.
Tanaman yang terserang pemyakit ini daun kan gugur serta akar serabut sekunder menjadi abnormal jumlahnya. Nematoda jantan biasa keluar dari akar, lalu hidup di dalam tanah yang membuahi yang betina yang tinggal diabagian kulit akar. Nematoda yang biasa menyerang tanaman memiliki stylet yang berguna untuk menusuk kedalam jaringan    Nematoda ini banyak merugikan petani karena menyerang dengan menusuk dengan megisap cairan sel, luka akibat tusukan akan megundang bakteri dan cendawan yang menyebabkan busuk akar, pekembagan tumbuhan akan terhambat, dan merugikan hasil yang di inginkan, bentuk Nematoda ini lonjong seperti advokat, dengan warna yang transparan (Puskara 2006).
Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida: fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus (Anaf, 2010)
4.2.3   Perbedaan Nematoda Melodoigyne spp betina dan jantan
Berdasarkan pada pengamatan, Morfologi dari Nematoda jantan yaitu memiliki kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Sedangkan Nematoda betina memilki ukuran yang cukup besar dari Nematoda jantan yang di mana memilki kepala, mata, perut, stylet, dan ekor (Harni, R, I. 2006).
Nematoda jantan bentuknya kecil seperti cacing, demikian larva yang muda. Nematoda jantan biasa keluar dari akar lalu hidup di dalam tanah dan membuahi yang betina yang tinggal di bagian kulit akar. sedangkan Nematoda betina ukurannya lebih besar dari pada Nematoda jantan, dan kelihatan lebih membengkak. (Dewi, I.P. 2007).
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi perbandingan panjang dan lebarnya mendekati 45,panjang nematoda jantan 1,2 mm-1,5 mm.Nematoda betina dewasa berbentuk
seperti botol yang bersifat endoparasit yang tidak terpisah,mempunyai leher pendek,daerah bibir kecil dn mempunyai tiga anulus,panjangnya lebih dari 0,5 mm,dan lebarnya 0,3-0,4 mm (Y. Nuryani. 2006)
Pada Nematoda betina tubuhnya seperti kantung, buah avokad, atau ginjal yang ukuran panjantg 0,4-0,5 mm (ukuran ekstrim 4 mm) dan lebarnya 0,01-0,05 mm. Nematoda betina dewasa berbentuk seperti botol yang bersifat endoparasit yang tidak terpisah, yang mempunyai leher pendek tanpa ekor yang ukuran panjangnya lebih dari 0,5 m dan lebarnya 0,3-0,4 mm. Daerah yang lebih kecil dan mempunyai 3 anulus. Sedangkan pada Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang, dan bergerak lambat di dalam tanah, panjang juga berfariasi maksimum 2mm sedang perbandingan panjang dan lebarnya mendekati 45 cm panjang styletnya hampir dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan bualat bagian pastirior badanya terputar 1800c, mempunyai satu atau dua testis (Dewi, I.P. 2006).
Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan (Suryadi, 1985), menurut Agrios (1996), nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas.

 

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan pada pengamatan yang di lakukan maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut
1. Nematoda merupakan sejenis cacing yang berukuran kecil yang dapat hidup di bawah tanah, dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2. Gejala serangan yang di timbulkan oleh Nematoda yaitu, dapat membuat daun menjadi layu, berwarna kekuningan, dan menimbulkan pembengkakan pada akar tanaman yang terserang.
3. Teknik pengandalian Nematoda yaitu dengan cara penerapan rotasi tanaman, dan pengunaan obat kimia, seperti furdan, temik, curaterr, cynein, dan nematicida.
5.2  Saran
Saran kami sebagai praktikan adalah kalau bisa praktikum kedepannya alat-alat yang digunakan seperti talang dan keranjang telah tersedia di laboratorium dan semoga kedepannya praktikum akan berjalan lebih baik lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


widgeo.net