Hama dan penyakit tanaman merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teknik budidaya tanaman karena dalam proses budiaya tanaman pasti terdapat "HAMA DAN PENYAKIT" yang menyerang tanaman budidaya. dalam postingan kali ini saya akan membahas tentang salah satu janis hama yaitu "NEMATODA" yang merupakan patogen dan saya buat dalam laporan mata kuliah DDPT. langsung saja! check it out!!!!
Laporan DDPT Nematoda
FACHRUL ISLAMI E 281 11 007 281 11 00
AGROTEKNOLOGI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melangsungkan kehidupannya manusia membutuhkan
makanan untuk kelangsungan hidupnya, agar dapat bertahan hidup. Makanan
diproduksi dari hasil pertanian, untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu di
lakukan beberapa kegiatan dalam usaha pertanian agar mencapai hasil maksimal.
Diantara beberapa kegiatan tersebut adalah menjaga tanaman dari serangan hama
dan penyakit yang akan mengakibatkan nilai ekonomis suatu tanaman tersebut
menurun.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke
dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat
berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan
berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para
petani sangat sulit membedakan nematoda dan penyakit (Anaf, 2010).
Nematoda puru akar memiliki banyak tanaman inang dan
menyerang sebagian besar tanaman yang dibudidayakan, hampir semua tanaman
sayuran dan lebih dari 1700 spesies tanaman lainnya. Meloidogyne spp.
merupakan salah satu patogen sbawah tanah yang menjadi kendala dalam
pengembangan sayuran tingkat tinggi di daerah tropis dan inang utamanaya adalah
wortel, mentimun, labu, kentang, kubis, terong, bayam dan tomat (Anonim, 2010).
Akibat kemampuannya dalam mneginfeksi relatif lebih
besar dan kisaran tanaman inang yang luas maka Meloidogyne spp.
merupakan genus penting dari nematoda parasit tanaman. Tanaman yang terserang
menjadi kurus, kerdil, hasil rendah dan kualitas berkurang (Anaf, 2010)
Nematoda termasuk dalam kelas fylum Nemathelmithes.
Tidak semua anggota Nemathelmites berperan sebagai atau bersifat parasitic,
namun ada yang bersifat spropag yang tidak merugikan tanaman. Nematoda
merupakan salah satu kelas anggotanya berperan sebagai hama. Nematoda pada
umumnya berbentuk silindris memanjang, hanya pada beberapa gebus, terutama pada
nematode betina tubuhnya seperti kantung, buah avokat atau ginjal. Ukuran umum
Nematoda panjang 0,4-0,5 mm dan lebar 0,01-0,05 mm (Anonim, 2010).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum tentang Pengenalan Nematoda
adalah untuk mengetahui cirri morfologi, gejala serangan, tehknik ekstrasi dan
tehknik pengendalian nematoda pada tanaman.
Kegunaan daari praktikum tentang pengenalan nematode adalah
agar praktikan setelah melakukan praktikum dapat membedakan tanaman yang
terkena nematoda dan penyakit tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika Meloidogine spp
Sistematika Nematoda Puru Akar (Meloidogine
spp), adalah sebagai berikut Kingdom : Animalia, Filum : Aschelmintes, Klass :
Nematoda, Sub Klass : Secermentea, Ordo : Tylencida, Famili : Heteroderidae,
Sub Famili : Heteroderidaenae, Genus : Meloidogyne (Anaf, 2010).
2.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogine spp
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri
dari tiga fase yaitu larva I sampai larva IV dan nematode dewasa. Semua spesies
nematoda puru akar memiliki siklus hidup yang sama. Lama siklus hidup nematoda
puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan akan menjadi lama pada suhu
yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada
kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300- 800
telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat
II menetas dari telur yang ke10mudian bergerak menuju tanaman inang untuk
mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian
menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan
pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan
sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian
kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga
kali (Anaf,
2009).
2.3 Morfologi dan Cara Menginfeksi Tanaman
Pada Ordo Thylenchidae kerangka kepala tidak ada atau
kurang berkembang, stilet kecil. Baik jantan maupun betina aktif, berupa
nematoda berbentuk memanjang. Ovarium tunggal, vulva terletak di antara
pertengahan panjang tubuh dan anus. Ekor nematoda betina meruncing. Nematoda
jantan mempunyai sayap ekor tetapi tidak mencapai ujung ekor. Kelenjar esofagus
berada di dalam basal bulbus sebagian kecil tumpang tindih dengan usus. Stilet
berbentuk ramping, lancip, biasanya pada pangkal stilet terdapat knob yang
terdiri dari tiga bagian sebagai tempat melekatnya otot-otot. Farink dibagi
menjadi empat bagian yang berturut-turut dari depan adalah prokorpus,
metakorpus (berupa lembaran berbentuk seperti bulan sabit,sebagai tempat
melekatnya otot-otot radial), istimulus (ramping memanjang yang dilingkari oleh
sebuah cincin syaraf), dan bagian bawah adalah basal bulbus atau lobus.
Kutikula kelompok nematoda ini memiliki anulasi jelas (Anaf, 2010).
Nematoda meletakkan telur di dalam tanah atau di dalam
tumbuhan inangnya. Larva yang sudah terbentuk di dalam telur menetas ke luar.
Jika terdapat tumbuhan inang, larva segera memarasitnya dan berkembang di
dalamnya melalui empat stadium larva. Setelah pergantian kulit yang terakhir,
perbedaan morfologi nematoda jantan dan betina akan tampak dengan jelas dan
telah mampu melakukan proses reproduksi. Nematoda jantan dewasa berbentuk
memanjang di dalam kutikula dan muncul keluar dari jaringan akar. Sedangkan
nematoda betina dewasa tetap tertambat pada darah tempat makanannya di dalam
stele dengan bagian poterior tubuhnya berada pada permukaan akar. Nematoda
betina tersebut terus menerus menghasilkan telur selama hidupnya, kadang-kadang
mencapai jumlah lebih dari 1000 telur. Khusus untuk nematoda puru akar (Meloidogyne
spp.) memerlukan waktu 18-21 hari untuk satu daur hidup (Totonunsri, 2008).
2.4 Tehnik Ekstrasi Nematoda Meloidogine spp.
Ekstraksi dengan pengkabutan : Lemari kaca untuk
pengkabutan berisi corong-corong tempat meletakkan jaringan tanaman (yang dipotong
sepanjang 10 mm jika cocok) dalam sebuah keranjang yang berlubang-lubang dan
diairi dengan cara pengkabutan selama kira-kira 10 detik setiap 10 menit.
Airnya ditampung di dalam tabung yang akan terisi air hingga meluap, tetapi
laju aliran air cukup lambat, sehingga nematodanya mengendap di dasar tabung
dan dikumpulkan setelah 2-4 hari. Volume air di dalam tabung dikurangi dengan
menggunakan aspirator secara hati-hati. Pengkabutan menjaga agar air mengandung
cukup banyak oksigen dan menghilangkan racun yang dihasilkan oleh jaringan
tanaman yang membusuk, sehingga nematoda tetap dalam keadaan baik. Corong
Baermann dapat digunakan, tetapi memiliki lebih banyak keterbatasan untuk
material tanaman daripada untuk tanah. Teknik ekstraksi Corong Baermann
: Contoh tanah diletakkan di atas kertas tisu atau kain tenun halus pada
saringan yang menopangnya dalam corong yang di lehernya dipasang tabung plastik
dan penjepit. Kemudian alat ini diisi air untuk menjenuhkan tanah. Walaupun
hanya sedikit volume tanah yang dapat diproses, tetapi metode ini mempunyai
keuntungan,
yaitu nematoda akan terakumulasi di dalam tabung di atas penjepit dan siap
diambil secara langsung dengan melepaskan sedikit air (5–10 ml) ke dalam botol
kecil.
Ekstraksi Penampan Whitehead : contoh tanah disebarkan
pada kertas tisu atau kain tenun halus pada saringan kasar yang ditaruh di atas
bagian dasar penampan yang diberi air sampai tanah jenuh. Setelah dibiarkan 1-4
hari, nematoda yang aktif akan bergerak ke bawah dan melalui tisu masuk ke dalam
air. Volume tanah yang digunakan bergantung kepada ukuran penampan. Penampan
yang besar (450 mm x 300 mm) dapat digunakan untuk menyebarkan 200 g tanah
dalam lapisan yang tipis. Lapisan tanah yang tipis meningkatkan efisiensi
ekstraksi dan mengurangi waktu ekstraksi. Sebelum mengumpulkan nematoda,
saringan yang menyangga dipisahkan dengan hati-hati untuk mengurangi
kontaminasi air dengan tanah. Selanjutnya, air dipindahkan ke dalam wadah yang
sesuai, sehingga nematoda akan tenggelam selama beberapa jam. Air sebaiknya
dibuang dan hanya disisakan 5-20 ml, secara sangat hati-hati jangan sampai
nematoda terbuang. Cara lain, nematoda dapat diperoleh dengan melewatkan air
melalaui saringan yang halus. Nematoda dapat hilang melalui saringan, tetapi
kehilangan ini dapat diatasi dengan menangkap dan menyaring kembali filtrat
beberapa kali.
Ekstraksi kista, tanah
kering angin disuspensikan dengan air mengalir dalam gelas piala berukuran 41
dan diusahakan agar tidak sampai meluap. Tanah dibiarkan tenggelam selama 10
detik, dan air dilewatkan melalui saringan kasar berukuran 710 mikrometer di
atas saringan 250 mikrometer. Tanah dicuci dan disaring dua kali lagi.
Kemudian, material organik pada saringan halus diendapkan pada kertas saring di
dalam corong Buchner dalam keadaan hampa udara, Jika digunakan corong tirus dan
material organik disuspensikan dalam etanol 70%, kista akan diendapkan dalam
suatu pita ke arah atas kertas.
Ekstraksi dari jaringan tumbuhan antara lain :
Pencelupan di Dalam Air, dimana jaringan tumbuhan harus dibersihkan
dari tanah dan potong-potonglah menjadi bagian-bagian kecil (dengan panjang
5-10 cm). Tambahkan air, cukup untuk menutup bagian tumbuhan yang berada di
dalam tempat tersebut. Tutuplah tempat tersebut dan inkubasikan pada suhu kamar.
Maserasi Mekanik, dimana potongan-potongan jaringan tumbuhan sepanjang 2-3 cm
dimaserasi di dalam air dengan menggunakan pencincang listrik selama 15-30
detik akan menghasilkan campuaran nematoda hidup dan baigian-bagian jaringan
tumbuhan. Enzim Maserasi, enzim yang dapat memaserasi jaringan tumbuhan, antara
lain : pektinase, selulosa dan hemiselulosa yang secara komersial dapat
diperoleh. Pengabutan Terputus, bahan tumbuhan ditempatkan di atas kaca plastik
kasar yang ditempatkan di atas corong yang dapat mengalirkan air ke dalam
tabung reaksi besar atau penampung air yang lain. (Shivas
dkk, 2006).
2.5 Pengendalian Nematoda Meloydogine spp.
Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan
mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati
dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva tau
nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda (Dropkin, 2006).
Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya
terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme
yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini
dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan
parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang,
makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Anaf, 2010).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman
tentang Pengenalan Nematoda bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas pertanian, Universitas Tadulako. Pada hari Rabu, tanggal 21 Desember
2011 pada pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Dasar–Dasar
Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda adalah talang, keranjang, kain
kasa, cutter, mikroskop, Handsprayer, cawan petri, corong, saringan, buku
gambar, pensil, penghapus, penggaris, pena.
Bahan yang di butuhkan pada
Praktikum Dasar–dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda adalah
tanaman seledri (Aphium gravolensi L.) dan tanaman tomat (Solanum
licoperdicum) yang terserang nematode Meloydogine spp. dan tanah
disekitar perakarannya, tissue dan aquades.
3.3 Cara kerja
Menyiapkan alat dan bahan, menyusun talang dan
keranjang kemudian menutup bagian atasnya dengan kain kasa dan tissue, mencuci
akar hingga bersih selanjutnya memotong-motong bagian akar yang terserang
nematoda dengan menggunakan cutter dengan panjang 1 cm, lalu menuangkan aquades
ke dalam talang secukupnya. Setelah itu, menginkubasi akar atau tanaman
tersebut selama satu kali 24 jam. Setelah inkubasi selanjutnya meniriskan akar
dan tanah tersebut dengan menggunakan saringan, selanjutnya dengan heand
sprayer sisa saringan dituangkan pada cawan petri, kemudian mengamatinya pada
mikroskop dengan perbesaran 10x, lalu menggambarkannya pada buku gambar dengan
menggunakan pensil, mistar dan penghapus serta memberikan keterangan dari
masing-masing spesimen yang di bawa.
Pengamatan tanah yang terserang nematoda, yaitu menyusun
talang dan keranjang kemudian menutup bagian atasnya dengan kain kasa dan
tissue, kemudian mengambil tanah dari tanaman yang terserang nematoda, lalu
menuangkan aquades ke dalam talang secukupnya. Setelah itu, menginkubasi akar
atau tanaman tersebut selama satu kali 24 jam. Setelah inkubasi selanjutnya
meniriskan akar dan tanah tersebut dengan menggunakan saringan, selanjutnya
dengan heand sprayer sisa saringan dituangkan pada cawan petri, kemudian
mengamatinya pada mikroskop dengan perbesaran 10x, lalu menggambarkannya pada
buku gambar dengan menggunakan pensil, mistsr dan penghapus serta memberikan
keterangan dari hasil yang diperoleh.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Nematoda Meloidogyne spp yang terdapat pada
tanaman tomat
(Lycoppersicum
esculentum) serta tanah di sekitarnya
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka
diperoleh pada tanaman Tomat (Lycoppersicum esculentum) yang di duga
terserang Nematoda, maka di peroleh hasil daun layu, mengering, dan mengulung,
batang menjadi lunak, dan akarnya berbintil-bintil membengkak memanjang, atau
membulat pada akar.
Nematoda puru akar merupakan parasit yang umumnya pada
berbagai tanaman pertanian yang tumbuh liar di daerah tropik dan beriklim
sedang. Lebih dari 2000 jenis tumbuhan menjadi inang Nematoda puru akar. Tomat
yang telah terserang penyakit ini akan mengalami kesulitan mengambil air dari
tanah karena akar tanaman tidak adapat menyerap air yang mengandung unsur hara
secara sempurna akibatnya, terjadi klorosis warna daun tidak normal,
pertumbuahan terhambat, layu, buah kecil, dan cepat menjadi tua (Ahmad, R,Z.
2005).
Akar tanaman yang terserang Nematoda akan menjadi
membengkak, atau memanjang dengan besar bervariasi, inin di sebabkan karena,
adanya Nematoda betina, telur, dan larva. Betina yang dewasa akan menimbulkan
pembengkakan pada akar tanaman, sedangkan Nematoda jantan akan menimbulkan
bisul-bisul yang berbau busuk pada akar, ini di sebabkan karena adanya air
ludah atau kotoran atau Nematoda yang bisa menyebabkan Hipertropi
(Sastrahidayat, 2007).
Dari hasil pengamtan yang dilakukkan yaiitu nematoda memilki ciri morfologi
yang saa baik jantan maupun betina. Nematoda betina yang dewasa kelihatan
sedikit membengkak, sedangakan yang jantan berbentuk seperti cacing kecil
(Tidak
membengkak).
4.2.2 Nematoda Meloidogyne spp yang terdapat pada
tanaman
Seledri
( Aphium graveolensi) serta tanah di sekitarnya
Beradasarkan hasil pengamatan yang di peroleh pada
tanaman Seledri (Aphium graveolens
L.) yang terserang Nematoda, maka di peroleh hasil daun menjadi layu dan
menguning, serta akar berbintil-bintil. Pengendalian nematoda secara umum dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan
pengendalian hayati.
Tanaman yang terserang pemyakit ini daun kan gugur
serta akar serabut sekunder menjadi abnormal jumlahnya. Nematoda jantan biasa
keluar dari akar, lalu hidup di dalam tanah yang membuahi yang betina yang
tinggal diabagian kulit akar. Nematoda yang biasa menyerang tanaman memiliki
stylet yang berguna untuk menusuk kedalam
jaringan Nematoda ini banyak merugikan petani karena
menyerang dengan menusuk dengan megisap cairan sel, luka akibat tusukan akan
megundang bakteri dan cendawan yang menyebabkan busuk akar, pekembagan tumbuhan
akan terhambat, dan merugikan hasil yang di inginkan, bentuk Nematoda ini
lonjong seperti advokat, dengan warna yang transparan (Puskara 2006).
Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan
waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan
perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan
dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas
matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan
Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida:
fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus
(Anaf, 2010)
4.2.3 Perbedaan Nematoda Melodoigyne spp betina dan
jantan
Berdasarkan pada pengamatan, Morfologi dari Nematoda
jantan yaitu memiliki kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Sedangkan Nematoda
betina memilki ukuran yang cukup besar dari Nematoda jantan yang di mana
memilki kepala, mata, perut, stylet, dan ekor (Harni, R, I. 2006).
Nematoda jantan bentuknya kecil seperti cacing,
demikian larva yang muda. Nematoda jantan biasa keluar dari akar lalu hidup di
dalam tanah dan membuahi yang betina yang tinggal di bagian kulit akar.
sedangkan Nematoda betina ukurannya lebih besar dari pada Nematoda jantan, dan
kelihatan lebih membengkak. (Dewi, I.P. 2007).
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak
lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi perbandingan panjang dan lebarnya
mendekati 45,panjang nematoda jantan 1,2 mm-1,5 mm.Nematoda betina dewasa
berbentuk
seperti botol yang bersifat endoparasit yang tidak terpisah,mempunyai leher
pendek,daerah bibir kecil dn mempunyai tiga anulus,panjangnya lebih dari 0,5
mm,dan lebarnya 0,3-0,4 mm (Y. Nuryani. 2006)
Pada Nematoda betina tubuhnya seperti kantung, buah
avokad, atau ginjal yang ukuran panjantg 0,4-0,5 mm (ukuran ekstrim 4 mm) dan
lebarnya 0,01-0,05 mm. Nematoda betina dewasa berbentuk seperti botol yang
bersifat endoparasit yang tidak terpisah, yang mempunyai leher pendek tanpa ekor
yang ukuran panjangnya lebih dari 0,5 m dan lebarnya 0,3-0,4 mm. Daerah yang
lebih kecil dan mempunyai 3 anulus. Sedangkan pada Nematoda jantan dewasa
berbentuk memanjang, dan bergerak lambat di dalam tanah, panjang juga
berfariasi maksimum 2mm sedang perbandingan panjang dan lebarnya mendekati 45
cm panjang styletnya hampir dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan
bualat bagian pastirior badanya terputar 1800c, mempunyai satu atau
dua testis (Dewi, I.P. 2006).
Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam
tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan
lingkungan (Suryadi, 1985), menurut Agrios (1996), nematoda yang menyerang akar
akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai
dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman
kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada pengamatan yang di lakukan maka di
peroleh kesimpulan sebagai berikut
1. Nematoda merupakan sejenis cacing yang berukuran
kecil yang dapat hidup di bawah tanah, dan dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
2. Gejala serangan yang di timbulkan oleh Nematoda
yaitu, dapat membuat daun menjadi layu, berwarna kekuningan, dan menimbulkan
pembengkakan pada akar tanaman yang terserang.
3. Teknik pengandalian Nematoda yaitu dengan cara
penerapan rotasi tanaman, dan pengunaan obat kimia, seperti furdan, temik,
curaterr, cynein, dan nematicida.
5.2 Saran
Saran kami sebagai praktikan adalah kalau bisa
praktikum kedepannya alat-alat yang digunakan seperti talang dan keranjang
telah tersedia di laboratorium dan semoga kedepannya praktikum akan berjalan
lebih baik lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar