Dalam postingan kali ini saya akan membahas tentang "HORMON-HORMON PADA TUMBUHAN" yang dimiliki oleh tumbuhan serta sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. check it out!!
HORMON-HORMON PADA TUMBUHAN
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon,
adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk
secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di
bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol
per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
Penggunaan
istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak
dihasilkan dari suatu kelenjar tertentu (endokrin) sebagaimana pada hewan, tetapi dihasilkan dari
jaringan-jaringan tertentu. Penyebarannya pun tidak harus melalui pembuluh,
karena hormon tumbuhan dapat ditransfer melalui sitoplasma atau ruang antarsel.
Hormon
tumbuhan bersifat endogenous ("endogen"), dihasilkan sendiri
oleh individu yang bersangkutan, maupun exogenous ("eksogen"),
diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan
non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu,
untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat
pengatur tumbuh (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon tumbuhan.
JENIS-JENIS HORMON TUMBUHAN
1.AUXIN
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang,
akar, pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel
dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin
adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan
batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel,
mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon
auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.tumbuhan yang
pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat
karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak
disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin
tidak dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut
cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.
Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang
banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada
tanaman sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman
yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap diantaranya untuk tanaman yang
diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu
tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal
ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya
sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat
gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan,
hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi
pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel
tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim
ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul
selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg
masuk secara osmosis.
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat
meregulasi banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan
diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).
Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang
aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin
menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari
atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom)
atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat
(yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino
prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara
alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA
seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld =
Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase
(Gardner, dkk., 1991).
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari
biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi
didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah
ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin
sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam - Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4
- Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo),
Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon
(asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).
Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan
komersil di bidang pertanian, dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan
memperlihatkan respon terhadap auksin, yaitu peningkatan laju pertumbuhan
terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada
konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan
mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu
peman-jangan sel, hormon Auksin yg di kombinasikan dengan Giberelin dapat
memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium
pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah :
a. Sintesis Auxin
b. Pemecahan Auxin
c. In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
· Struktur molekul dan aktivitas auxin
Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966), aktivitas auxsin ditentukan oleh
:
a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh,
b. adanya rantai keasaman (acid chain)
c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur cincin.
d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman.
Keempat
persyaratan diatas merupakan faktor yang menentukan terhadap aktivitas auxin. Tentang
sifat dari rantai keasaman, Koeffli (1966) menerangkan bahwa posisi dan panjang
rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auxin. Rantai yang mempunyai
karboksil grup dipisahkan oleh karbon atau karbon dan oksigen akan memberikan
aktivitas yang normal.
2.GIBBERELLIN
Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula
diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan
dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline
material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun
1951, Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan
"Gibberelline A" dan "Gibberelline X". adapun hasil penelitian
lanjutannya menghasilkan GA1, GA2,danGA3.
Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di
Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan
GA3 (Cross, 1954 dalam Weaver 1972). Nama Gibberellin acid untuk zat tersebut
telah disepakati oleh kelompok peneliti itu sehingga populer sampai sekarang.
Metabolisme gibberelline
Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam
terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri
dari 5 atom karbon.
Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan
tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa
proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di
bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
- Merangsang batang dengan merangsang pembelahan
sel dan perpanjangan.
- Merangsang lari / berbunga dalam menanggapi hari
panjang.
- Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang
memerlukan stratifikasi atau cahaya untuk menginduksi perkecambahan.
- Merangsang produksi enzim (a-amilase) di
germinating butir serealia untuk mobilisasi cadangan benih.
- Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi
seksual).
- Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji)
pengembangan buah.
- Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah
jeruk.
- Genetik Dwarsfism
Penjelasan singkat dari masing-masing fungsi fisiologis tersebut.
Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan
oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981),
pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3
meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.
Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang
disebabkan oleh adanya mutasi genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang
kerdil bisa mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman keril
mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin
mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga
menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik
yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan
fonomena peningkatan kandungan auksik karena pemberian giberelin.
Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan
aroma.
Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan
buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat
dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang
matang yang diberi aplikasi giberelin.
Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm.
Di dalam endoperm terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan
‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk
tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan
merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.
Stimulasi aktivitas kambium dan xylem
Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi
giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu
terjadinya differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi pemberian
giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan
pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan
pada tanaman. Proses dormansi merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi
banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi
giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada
endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin
perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.
3.ETHYLENE
Ethylene
adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auxin, Gibberellin, dan
Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene akan berbentuk gas dan struktur
kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan berperan apabila terjadi
perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. hormon ini akan berperan pada
proses pematangan buah dalam fase climacteric.
Penelitian terhadap ethylene, pertama kali dilakukan
oleh Neljubow (1901) dan Kriedermann (1975), hasilnya menunjukan gas ethylene
dapat membuat perubahan pada akar tanaman. Hasil penelitian Zimmerman et al
(1931) menunjukan bahwa ethylene dapat mendukung terjadinya abscission pada
daun, namun menurut Rodriquez (1932), zat tersebut dapat mendukung proses
pembungaan pada tanaman nanas.
Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja
sama antara auxin dan ethylene dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran
dengan cara mengaplikasikan auxin pada jaringan setelah ethylene berperan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran auxin dapat menstimulasi produksi
ethylene.
* Struktur kimia dan Biosintesis ethylene
Struktur kimia ethylene sangat sederhana yaitu terdiri
dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen
Biosintesis ethylene terjadi di dalam jaringan tanaman
yaitu terjadi perubahan dari asam amino methionine atas bantuan cahaya dan FMN
(Flavin Mono Nucleotide) menjadi Methionel. Senyawa tersebut mengalami
perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethykene, methyl disulphide,
formic acid.
Sitokinin
Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan
dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum,
mendorong perkecambahan, dan menunda penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu
dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman.
Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bungan, dan buah dgn cara mengontrol
dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan kematian sel-sel tanaman.
Hormon Sitokinin diproduksi pada akar. Sitokiniun
sering juga dengan kinin, merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan
yang khususnya merangsang pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991).
Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang
belum masak dan jaringan pemberi makan (misalnya endosperm cair). Buah jagung,
pisang, apel, air kelapa muda dan santan kelapa yang belum tua merupakan sumber
kinin yang kaya.
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai
beratom C – 5, ke suatu molekul adenin. Rantai beratom C – 5 dianggap berasal
dari isoprena. Basa purin merupakan penyusun kimia yang umum pada kinin alami
maupun kinin sintetik (Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989). Biosintesis
sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid. Sebenarnya sudah sejak tahun 1892
ahli fisologi I. Wiesner, menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel membutuhkan
zat yang spesifik dan adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous.
Secara pasti baru tahun 1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog,
M.H. Von Slastea dan F.M. Strong dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut
kinetin dari DNA yang diautoklap, sangat aktif sebagai promotor mitosis dan
pembelahan sel kalus (Moree, 1979). Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin
berasal dari pengertian cytokinesis yang berarti pembelahan sel. Sitokinin
alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan C.O. Miller tahun 1963 diisolasi dalam
bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang disebut zeatin. Sitokini
alami terjadi dari derivat isopentenyl adenine.
4.INHIBITORS
Yang dimaksud dengan istilah inhibitor adalah zat yang
menghambat pertumbuhan pada tanaman, sering didapat pada proses perkecambahan,
pertumbuhan pucuk atau dalam dormansi.
Di dalam tanaman, inhibitor menyebar disetiap organ
tubuh tanaman tergantung dari jenis inhibitor itu sendiri. Menurut weaver
(1972), beberapa jenis inhibitor adalah merupakan bentuk phenyl compound
termasuk phenol, benzoic acid, cinamic acid dan coffeic acid. Gallic acid dan
shikimic acid merupakan turunan dari benzoic acid. Selanjutnya ia mengemukakan
pula bahwa gallic acid dapat diketemukan pada buah yang matang, sedangkan
ferulic acid dan p-coumaric acid merupakan ko faktor untuk IAA oksida.
Di dalam alam, abscisic acid dapat dijumpai pada daun, batang, rizoma, ubi
(tuber), tunas (bud), tepung sari, buah, embrio, endosperm, ataupun kulit biji (seed
coat) misalnya pada tanaman kentang, kacang, apel, adpokat rose dan kelapa.
Plant growth retardant adalah inhibitor yang berperan dalam menghambat
aktivitas apical meristematic.
5. Polyamines
Polyamines mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang
paling mendasar seperti sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan
spermidine berikatan dengan rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini
kebanyakkan didasarkan pada interaksi ion elektrostatik antara muatan positif
kelompok ammonium dari polyamine dan muatan negatif dari phosphat.
Polyamine adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan
dan diferensiasi pada tanaman dan hewan. Level metabolis dari polyamine dan
prekursor asam amino adalah sangat penting untuk dijaga, oleh karena itu biosynthesis
dan degradasinya harus diatur secara ketat.
Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman,
namun merekan juga memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut, kesuburan,
depot lemak, integritas pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam mamalia.
Sebagai tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyak digunakan
untuk mengendapkan DNA dalam biologi molekuler. Spermidine menstimulasi
aktivitas dari T4 polynucleotida kinase and T7 RNA polymerase dan ini kemudian
digunakan sebagai protokol dalam pemanfaatan enzim
Selain hormon-hormon yang telah disebutkan di
atas, ada pula hormon lain yang juga dihasilkan tumbuhan yaitu:
1)
Kalin, yang dapat
dibedakan menjadi empat:
• Kaulokalin,
merangsang proses pembentukan batang
• Rizokalin,
merangsang proses pembentukan akar
• Filokalin,
merangsang proses pembentukan daun
• Antokalin,
merangsang proses pembentukan bunga
2)
Asam traumalin
Berperan dalam
memperbaiki bagian tubuh tumbuhan yang rusak
6. Brassinolide
(kelompok brassinosteroid)
Brassinolide adalah fitohormon yang mirip steroid pada hewan
dan memiliki respon yang mirip dengan giberelin. Beberapa fungsi brassinolide
adalah sebagai berikut : meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan,
menghambat penuaan daun (senescence), mengakibatkan lengkuk pada daun
rumput-rumputan, menghambat proses gugurnya daun, menghambat pertumbuhan akar
tumbuhan, meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan,
menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan, merangsang pertumbuhan pucuk
tumbuhan, merangsang diferensiasi xylem tumbuhan, menghambat pertumbuhan pucuk
pada saat kahat (defisien) udara dan endogenus karbohidrat. Brassinolide
tersintesis dari asetil CoA melalui jalur asam mevalonik
7. Asam absisat (ABA).
Asam absisat (ABA) merupakan penghambat (inhibitor) dalam
kegiatan tumbuhan. Hormon Asam Absisat (ABA). Asal kata: Bahasa
Latin Penemu: P.F. Wareing dan F.T. Addicott. Objek penelitian: buah
kapas. Hasil penelitian : Mendorong terjadinya perontokkan (absisi) pada
tumbuhan. Jenis : Kinetin, Zeatin (pada jagung) benzil amino purin.
Hormon yang menyebabkan kerontokan ada saun dan
buah. Fungsi Hormon Asam Absisat (ABA). Mengurangi kecepatan
pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh. Memacu pengguguran daun
pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air. Membantu menutup stomata
daun untuk mengurangi penguapan. Mengurangi kecepatan pembelahan dan
pemanjangan sel bahkan menghentikannya. Memicu berbagai jenis sel tumbuhan
untuk menghasilkan gas etilen. Memacu dormansi biji agar tidak
berkecambah. Hormon ini dibentuk pada daundaun dewasa.
Asam absisat mempunyai peran fisiologis diantaranya adalah:
1) Mempercepat absisi bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan
dormansi tunas.
2) Menginduksi pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan
mendorong sintesis protein simpanan.
3) Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.
Macam-macam Hormon Pertumbuhan Pada
Tumbuhan dan Fungsinya
No.
|
Nama Hormon
|
Fungsi
|
1.
|
Auksin
|
a. Merangsang perpanjangan sel.
b. Merangsang pembentukan bunga dan buah.
c. Merangsang pemanjangan titik tumbuh.
d. Mempengaruhi pembengkokan batang.
e. Merangsang pembentukan akar lateral.
f. Merangsang terjadinya proses diferensiasi.
|
2.
|
Gibberellin
|
a. Merangsang pembelahan sel kambium.
b. Merangsang pembungaan lebih awal sebelum waktunya.
c. Merangsang pembentukan buah tanpa biji.
d. Merangsang tanaman tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai ukuran raksasa.
|
3.
|
Sitokinin
|
a. Merangsang proses pembelahan sel.
b. Menunda pengguguran daun, bunga, dan buah.
c. Mempengaruhi pertumbuhan tunas dan akar.
d. Meningkatkan daya resistensi terhadap pengaruh yang merugikan seperti suhu
rendah, infeksi virus, pembunuh gulma, dan radiasi.
e. Menghambat (menahan) menguningnya daun dengan jalan membuat kandungan
protein dan klorofil yang seimbang dalam daun (senescens).
|
4.
|
Gas etilen
|
a. Membantu memecahkan dormansi pada tanaman, misalnya pada ubi dan
kentang.
b. Mendukung pematangan buah.
c. Mendukung terjadinya abscission (pelapukan) pada daun.
d. Mendukung proses pembungaan.
e. Menghambat pemanjangan akar pada beberapa spesies tanaman dan dapat
menstimulasi pemanjangan batang.
f. Menstimulasi perkecambahan.
g. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar.
|
5.
|
Kalin
|
a. Rhizokalin, mempengaruhi pembentukan akar.
b. Kaulokalin, mempengaruhi pembentukan batang.
c. Filokalin, mempengaruhi pembentukan daun.
d. Antokalin, mempengaruhi pembentukan bunga.
|
6.
|
Asam absisat (ABA)
|
a. Menghambat perkecambahan biji.
b. Mempengaruhi pembungaan tanaman.
c. Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian.
d. Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi.
|
7.
|
Asam traumalin / Asam traumalat
|
Memperbaiki luka pada tumbuhan (proses restitusi / regenerasi)
|
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmubiologi-belajarbiologi.blogspot.com/2010/01/hormon-auksin.html
http://wahyuaskari.wordpress.com/umum/pupuk-n-p-k/
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/02/hormon-sitokinin.html